WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Hingga saat ini, permasalahan penyebab autis masih belum diketahui secara pasti.
Setelah beberapa waktu lalu, vaksin MMR yang melindungi dari penyakit campak, gondok, dan rubella dituding menjadi penyebab autis, kini berkembang di masyarakat minum air galon isi ulang dapat sebabkan anak menjadi autis.
Autis adalah gangguan perilaku dan interaksi sosial akibat kelainan perkembangan saraf otak.
Kondisi ini menyebabkan penderitanya sulit berkomunikasi, berhubungan sosial, dan belajar. “Autis itu kan sebenarnya gangguan perkembangan syaraf. Kalau di dalam diagnosanya merupakan gangguan neurodevelopmental. Jadi, gangguan pertumbuhan itu letaknya di syaraf atau neuro,” kata Mutiara S.Psi, MPsi, Psikolog Klinis yang juga Lead Psikolog untuk terapis di Klinik Rumah Tumbuh Kembang Anak MS School & wellbeing Center dalam siaran pers yang diterima Wartakotalive.com, Kamis (4/7/2024).
Baca juga: David Ozora Jadi Autis, PN Jaksel Undang Dokter RS Mayapada Sebagai Saksi pada Sidang Mario Dandy
“Jadi, tidak ada hubungannya sama sekali dengan air galon yang dikonsumsi ibunya pada saat kehamilan,” imbuhnya. Mutiara berujar bahwa di psikiatri, kedokteran, maupun di psikologi, belum ada yang bisa menjelaskan secara pasti apa penyebabnya.
Penyebabnya itu bermacam-macam, mulai dari kelainan DNA karena terjadinya mutasi gen, risiko kehamilan di usia-usia yang cukup riskan atau usia tua.
Kemudian pada saat kehamilan misalnya terpapar kecemasan dan stress yang tinggi.
Itu semua bisa memicu pertumbuhan anak dalam kandungan menjadi autis.
Baca juga: Terkuak Kondisi Asli David Ozora Setelah Dianiaya Mario Dandy, Tingkah Laku Seperti Anak Autis
Mutiara mengutarakan beberapa ciri anak itu terindikasi menderita autis salah satunya adalah tidak menangis waktu lahir.
“Itu salah satu ciri bahwa mungkin ada masalah perkembangan pada anak. Tapi, belum tentu juga arahnya ke autisme. Jadi, nggak pernah tahu sampai sekarang penyebab pastinya karena apa,” terang Mutiara. Tapi, lanjutnya, yang jelas anak dengan autisme itu memiliki masalah dalam tumbuh kembangnya.
“Perkembangan itu kan ada bahasa, fisik, motorik, gerak tubuh, kemampuan untuk bersosialisasi. Jadi, ketika ini ada masalah, kita harus cek dulu. Anak dengan autisme itu juga kan spektrumnya luas, ada yang berat dan ada yang ringan,” tutur Mutiara. Jadi, kata Mutiara, treatment yang diberikan kepada anak-anak autis juga sesuai dengan kondisi masalahnya, usia dan kebutuhannya apa.
Baca juga: Ilham, Pria Autis yang Menghilang Sejak 6 Hari Lalu Akhirnya Ditemukan di Parung
Untuk anak autis dengan tipikal anak yang masih belum bisa duduk tenang, belum bisa bicara, dan tantrum, kemungkinan anak itu ada masalah di sensoriknya.
Anak dengan tipikal seperti ini, penanganannya biasanya dilakukan dengan terapi sensori.
Sedang untuk anak yang sulit untuk mandiri, itu biasanya ditangani dengan terapi perilaku.