TRIBUNNEWS/MUHAMMAD FADHLULLAH
Direktur Tim Kampanye Nasional (TKN) Milenial Bahlil Lahadalia sedang memberikan sambutan di acara Syukuran Kemenangan Pilpres 2019 bertajuk Panggung Gemb1ra di The Pallas, Jakarta, Minggu (21/04/2019). Acara tersebut merupakan syukuran hasil kemenangan yang telah mendeklarasikan menjadi pasangan Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Maruf Amin pada pemilihan presiden 2019 berdasarkan hasil perhitungan cepat (Quick Count) oleh 12 lembaga survei.
WARTAKOTALIVE.COM – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia sentil pernyataan Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong atau Tom Lembong yang terkesan anti nikel.
Diketahui sentilan anti nikel terhadap Tom Lembong juga sempat digaungkan oleh Cawapres Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres 2024 pada Minggu (21/1/2024).
Kepada Cawapres Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka menyebut bahwa Tom Lembong lebih gemar mempromosikan produk asing ketimbang sumber daya alam negeri sendiri.
“Ini kekuatan kita ini bargaining kita, jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produknya China Pak. Saya enggak tahu ya Pak Tom Lembong dan tim suksesnya sering enggak diskusi dengan cawapresnya, masa cawapresnya enggak paham, aneh loh,” jelasnya seperti dimuat Youtube resmi Kementerian Investasi.
Pernyataan Gibran diaminkan oleh Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers kinerja Investasi Tahun 2023 pada Rabu (24/1/2024).
Bahlil menyentil Tom Lembong yang menurutnya pro LFP dan anti nikel. Padahal kata Bahlil, Indonesia menyimpan sumber daya alam (SDA) nikel terbesar di dunia.
Di mana 25 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia. Sementara bahan baku LFP nihil di Indonesia.
Bahlil pun membantah bahwa saat ini baterai kendaraan sudah beralih ke LFP dan meninggalkan nikel.
Baca juga: TKN Samakan Jokowi dengan Barrack Obama, Habiburokhman: Presiden Boleh Dukung Capres Manapun
Faktanya kata Bahlil, Indonesia kedatangan investor raksasa dari China dan Korea Selatan yang hendak membuat pabrik baterai di Indonesia.
“Maka tidak benar kalau ada mantan pejabat atau siapapun yang sampaikan nikel tidak lagi dikejar investor untuk baterai mobil,” bebernya.
Bahlil pun menuding ada antek asing yang mencegah kemajuan Indonesia lewat pengolahan nikel.
Sebab banyak negara yang was-was ketika Indonesia mengubah kebijakan jual bahan mentah menjadi barang setengah jadi untuk diekspor.
“Hati-hati loh jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing untuk ubah kebijakan publik. Bahaya ini, jadi yang tahu tujuan kita hanya rakyat dan pemerintah Indonesia,” ucapnya.